Minggu, 10 November 2013


Sejarah kekristenan di Asia adalah salah satu hal penting dalam PD II. Pada periode 1943-1949 negara Lebanon, Suria, Yordania, India, Pakistan, Burma, Ceylon, Korea Utara, Korea Selatan, Filipina, Laos, Kamboja dan Indonesia memperoleh kemerdekaanya.

Dalam teori, misi-misi Protestan dari permulaannya bercita-cita mendirikan gereja-gereja asli yang mandiri dalam 3 hal, yaitu dana, kepemimpinan dan perluasan. Dengan kemerdekaan berbagai negara Asia sesudah PD II menjadi tampaklah bahwa hubungan Gereja Barat atau badan misi Barat dengan Gereja Asia perlu diubah. Hubungan induk dengan anak, berubah menjadi hubungan abang dengan adik, dan kemudian berubah lagi menjadi saudara-saudara sederajat dan mitra bersama dalam panggilan gereja sedunia untuk bersekutu, melayani, dan mengabarkan Injil.

Dalam paroan kedua dalam abad ke-20 gereja-gereja Asia berusaha mengembangkan kekristenan berkepribadian Asia. Sejumlah besar ahli teologi Asia mendapat pendidikan di negeri-negeri Barat, maka pemikiran serta perhatian mereka dipengaruhi pemikiran dan teologi Barat, disamping teologi Dunia Ketiga zaman sekarang.

Para ahli teologi Asia mempelajari agama-agama serta kebudayaan-kebudayaan Asia, sebagai jalan untuk pendekatan dengan penduduk setempat. Appasamy memakai konsep-konsep Hinduisme India sebagai saran pengungkapan kebenaran kristen. Devanandan, lebih menekankan dialog antara Kekristenan dan Hinduisme. Koyama, seorang tenaga utusan Injil dari Jepang ke Thailand, yang sekarang tinggal di Amerika, menekankan kontekstualisasi teologi salib yang diarahkan kepada rakyat pinggiran. Teologi feminis Asia dikembangkan di Korea dan Filipina menjelang akhir periode yang diteliti, namun belum menyentuh masyarakat-masyarakat dimana pemerasan wanita terjadi.

Periode 1945-1990 merupakan zaman yang ditandai perubahan yang terus-menerus. Imperialisme politik negara-negara Barat disusul imperialisme ekonomi perusahaan berbagai bangsa dan kekuasaan ekonomi negara-negara besar.

Pada paroan kedua pada abad 20, Asia mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dan termasuk sebagai negara-negara kaya di dunia. Namun ditengah perkembangannya yang pesat itu, ada juga terdapat darah-daerah yang mengalami kemiskinan yang merajalela. Seperti di Bangladesh dan Myanmar. Sehingga mengakibatkan proses urbanisai di beberapa tempat.

 
Kekristenan di anak benua India dan di Sri Lanka

1.      Kemerdekaan dan kekristenan

Kongres Nasional India didirikan pada tahun 1885. Orang India berpendidikan tinggi dari semua agama, Hindu, Islam, Kristen dan agama Sikh, bersatu dengan tujuan mendesak pemerintah penjajah memperbaiki undang-undang dasar negara India. Pada permulaannya Kongres Nasional tidak melawan pemerintah Inggris di India, tetapi ingin mendirikan demokrasi parlementer di dalam kekaisaran Inggris.

Pada tahun 1919 tentara Inggris menembaki para demonstran nasionalis yang tidak bersenjata yang sedang mengadakan demonstrasi di kota Amritsar. Gandhi memimpin gerakan ketidaktundukan penduduk dan non-kooperasi dengan cara-cara damai. Penduduk India tidak memakai kekerasan dan tidak bersenjata, tetapi dengan cara-cara damai menolak bekerja sama dengan pemerintah dan tidak menaati peraturan pemerintah. Gerakan tersebut didukukng oleh sejumlah besar orang India.

Perjuangan kemerdekaan dirintangi oleh pertikaian dan permusuhan antara golongan-golongan keagamaan. Kepemimpinan Gandhi yang kuat berhasil mempersatukan semua orang India untuk sementara waktu. Namun, tokoh-tokoh agama minoritas takut, kalau-kalau umat Hindu menguasai seluruh negeri. Akhirnya mereka mengusulkan untuk membentuk Persatuan Golongan Minoritas 1945.

Keretakan agama Islam dan agama Hindu semakin mendalam, sehingga nyatalah tidak ada jalan lain kecuali pembagian negara. Pada bulan Agustus 1947 India dinyatakan sebagai negara merdeka.

Gerakan kemerdekaan menimbulkan kesulitan bagi orang Kristen India. Mereka bergantung pada dukungan badan-badan misi Inggris, dan mereka takut kehilangan perlindungan pemerintah kalau India menjadi negara merdeka beragama Hindu.

Para pekabar Injil Inggris memandang pemerintahan Inggris di India sebagai rencana Allah untuk kebaikan bangsa India, karna melalui panjajahan Inggrislah Injil dibawa ke India. Selain itu teologi para pekabar Injil mengenai hubungan gereja dan negara melihat ketaatan kepada kekuasaan pemerintah yang ada sebagai kewajiban Kristen yang tidak boleh diabaikan.

Banyak orang Kristen India berperan aktif  memperjuangkan kemerdekaan. Sejumlah orang Kristen menganggap kebijakan Gandhi memprotes dengan cara-cara damai sebagai penerapa Khotbah di Bukit di bidang politik. Gandhi sendiri, walaupun tetap memegang agama Hindu, sudah terpengaruh oleh Perjanjian Baru dan terutama oleh keteladanan Yesus Kristus.

Kali Charan Banerjee, berasal dari propinsi Bengal, adalah seorang terkemuka yang mendukung kegiatan Kongres Nasional India. Pandita Ramabai Saraswati memimpin kelompok kecil wanita menurut hak-hak perempuan di depan sidang Kongres pada tahun 1889. Brahmabandhab Upadhyay, orang “Katolik-Hindu”, berperan dalam gerakan Swadeshi pada tahun 1905. Gerakan tersebut memprotes pembagian propinsi Bengal oleh pemerintahan Inggris, pemboikotan (tidak membeli)barang-barang buatan Inggris, pemboikotan pendidikan Inggris dan pemboikotan pengadilan Inggris.

George Joseph, seorang Kristen Siria, menjadi anggota Kongres Nasional India dan berperan aktif dalam gerakan non-kooperasi pimpinan Gandhi. K.T.Paul dari India Selatan, seorang tokoh terkemuka di YMCA dan sekretaris Dewan Kristen Nasional, mendesak orang Kristen supaya ikut berperan dalam gerakan nasional, oleh karna "Ro“ Kristuslah yang menghidupkan semangat kesadaran nasional dalam umat besar”. Menurut Paul, umat Kristen tidak boleh tidak boleh meminta hak-hak istimewa dalam negara India merdeka, tetapi wajib berperan dalam kehidupan negara secara bulat.

2.      India

Pada tahun 1947 India dinyatakan sebagai negara republik merdeka, terpisah dari negara Pakistan. Seorang wanita Kristen, Rajkumari Amrit Kaur, diangkat menjadi Menteri Kesehatan pertama. Namun, orang beragama Hindu berjumlah 80%, akhirnya agama Hindu dianggap sebagai agama nasional.

Negara India terdiri dari 4000 suku-bangsa atau kelompok masyarakat, yang terikat oleh berbagai pertalian, misalnya ras, agama, kebudayaan, bahasa atau kasta. Sifat perkauman, yaitu hubungan akrab dan kesetiaan kuat terhadap kaum sendiri, ketimbang kecurigaan atau permusuhan terhadap orang luar, sudah mendarah-daging dalam kebudayaan India.

Pemeluk agama Kristen paling besar terdapat di India Selatan, terutama di Kerala, negara bagian yang sangat miskin, dimana orang Kristen merupakan sepertiga penduduk, di Goa dan utara-timur, diantara suku-suku pegunungan Assam.

Hanya sedikit orang kaya yang beragama Kristen. Sejumlah besar umat Kristen merupakan keturunan gerakan pertobatan massal pada paroan kedua abad ke-19. Di negara bagian Kerala gereja sudah ada sejak zaman purba sehingga orang Kristen Siria merupakan semacam kasta tinggi dalam masyarakat India.

Pada tahun 1951 Persekutuan Evamgelikal didirikan, dalam rangka mempersatukan gereja-gereja dan badan-badan misi untuk pengajaran dalam pekabaran Injil dan kepemimpinan. Pada tahun 1954 didirikan Persekutuan Mahasiswa Evangelikal untuk melayani mahasiswa. Pada tahun 1990 Lembaga Alkitab India melaporkan bahwa ± 100 juta Alkitab atau bagian Alkitab disebarkan tiap tahun.

Beberapa badan misi asli muncul di India, seperti India Evangelical Mission, yang didirikan pada tahun 1965 sebagai bagian Persekutuan Evangelikal India. Banyak wilayah keuskupan Gereja India Selatan mengadakan kegiatan pekabaran Injil sendiri diantara suku-suku pegunungan dan dinegara bagian Hyderabad, Pekabar Injil berkebangsaan India diutus juga keluar negeri, misalnya ke Thailand.

Gereja-gereja terlibat dalam pelayanan sosial, terutama melalui rumah sakit dan rumah yatim piatu. Pada tahun 1964 Gereja Katolik Roma mempunyai 205 rumah sakit. Ibu Theresa, biarawan Katolik asal Albania, menerima hadiah Nobel pada tahun 1979 karna pelayanannya pada orang miskin di kota Calcutta dan di beberapa kota lain di India.

Di negara bagian Arunachal Pradesh, meski gereja menjadi penghambatan, jumlah orang Kristen bertambah dari 0,8% penduduk pada tahun 1971 menjadi 5% pada tahun 1981. Di kota Madras, India Selatan jumlah jemaat Kristen bertambah dari 525 pada tahun 1981 menjadi 700 pada tahun 1986. Lima tahun kemudian jumlahnya berlipat ganda menjadi 1.400.

Namun, kasta-kasta Hindu yang mayoritas penduduk India, belum begitu terjangkau oleh Injil. Bahkan arus balik terjadi di negara bagian Uttar Padresh dimana banyak orang beralih dari agama Kristen ke agama Hindu.

Kali Charan Banerjee dan kelompoknya mendirikan gereja persatuan, meninggalkan gereja-gereja Barat pada tahun 1887. Gereja persatuan itu ialah, Calcutta Christo Samaj, tujuannya adalah mendirikan Gereja Nasional India, tanpa dipegaruhi oleh pemisahan-pemisahan kekristena Barat (denominasi). Cita-cita Banerjee telah mendorong umat Kristen untuk bersatu.

Akibat Konferensi Pekabaran Injil se-Dunia di Edinburgh pada tahun 1910 Dewan Misi Nasional dibentuk di India pada tahun 1914, kemudian pada tahun 1923 berubah menjadi Dewan Kristen Nasional di India. Perubahan “Misi” menjadi “Kristen” menegaskan kepemimpinan asli gereja di India.

Pada tahun 1947 didirikan Gereja India Selatan, yang merupakan gabungan Gereja Anglikan, Gereja Metodis, dan Gereja Reformed. Tahun 1970 Gereja Baptis, Gereja Persaudaraan, Murid-murid Kristus, Gereja Metodis, dan Gereja Anglikan dipersatukan menjadi Gereja India Utara. Pertikaian-pertikaian dalam gereja, masalah korupsi dan kepemimpinan melemahkan gereja. Pada tahun 1990 dilaporkan ada hampir 400 denominasi Protestan di India.

3.      Teologi India

Tekanan teologi berubah secara berangsur pada paroan kedua abad ke-20, dari usaha mewujudkan kebenaran Kristen dalam konsep-konsep Hindu ke dialog pluralis dan suasana belaja-mengajar dengan penganut agama Hindu.

Agama Hindu mengajarkan 3 jalan memperoleh moksa atau pembebasan dari penderitaan dunia; yaitu melalui pengetahuan khusus (jnana), darma bakti (bakhti) atau perbuatan baik (karma). A.J. Appasamy (lahir tahun 1891) mengikuti tradisi bakhti. Appasamy berasal dari keluarga Tamil Kristen. Ia bertobat dan percaya kepada Kristus secara pribadi pada masa remaja. Pada tahun 1951 Appasamy diangkat menjadi uskup di Gereja India Selatan yang baru dipersatukan.

Appasamy menggambarkan moksa dengan emmakai perkataan Yesus dalam Yohanes 15;4, “Tinggalah di dalam Aku”. Melalui iman dan pengabdian kasih kita dapat menjadi satu dengan Kristus oleh rahmat Allah. Orang percaya tidak meresapi keilahan, seperti dalam agama Hindu melainkan tetap mempertahankan kepribadian unik.

M.M. Thomas menguraikan jalan moksa ketiga, yaitu karma-marga sebagai teologi kesaksian sosial. Thomas berusaha menghubungkan kekristenan dengan agama Hindu dan juga dengan pemikiran India sekuler modern. Thomas adalah seorang Kristen Siria yang lahir di Kerala pada tahun 1916. Ia memperoleh pendidikan di New York, Amerika Serikat, lalu bekerja dibidang ilmu kimia, kemudian sebagai ahli sosiologi dan filsafat, akhirnya menaruh perhatian pada teologi.

Thomas menganjurkan orang Kristen India supaya meninggalkan sikap perkauman sempit dan berperan memperjuangkan martabat pribadi, keadilan sosial dan penyataan diri nasional.

Thomas menguraikan bagaimana rencana Pencipta diperlihatkan dalam sejarah. Allah memakai penjajahan Inggris sebagai alatNya untuk mengubah dan memajukan kehidupan bangsa India, lalu Alla memakai nasionalisme sebagai alatNya “untuk menggeser alat pengadilanNya yang telah menyeleweng”.

Thomas menekankan konsep Kristen mengenai nilai orang perseorangan di mata Tuhan; bahwa Tuhan mengasihi kita, sehingga kita juga jarus mengasihi sesama kita. Konsep itu merupakan sumbangan yang bermanfaat dalam kehidupan orang India dalam “memanusiakan” masyarakat dan kebudayaan.

Paul David Devananda (1901-1962), anak pendeta dan menantu K.T.Paul, belajar ilmu sastra di Madras, lalu belajar agama Hindu di Universitas Yale di Amerika Serikat. Sesudah India merdeka, Devanandan ditahbiskan menjadi pendeta Gereja India Selatan.

Pada tahun 1956 Devanandan mendirikan Institut Penelitian Agama dan Masyarakat di Bangalore di bawah naungan Dewan Gereja-gereja Nasional. Tujuannya untuk mengembangkan kemungkinan diaolog antar agama dan meneliti dimensi sosial pekabaran Injil di India. Devanandan menganjurkan umat Kristen supaya keluar dari keadaan terpencil didalam masyarakat Kristen dan berkomunikasi dengan orang yang bukan-Kristen di sekitarnya.

Menurut pandangan banyak orang Kristen, berdialog dengan tokoh-tokoh agama lain merupakan “soal hidup atau mati”. Pokok persoalan gereja Kristen bukan bagaiman cara mengabarkan Injil kepada orang yang belum percaya, namun bagaiman cara menyelamatkan nyawa dan bertahan dalam masyarakat pluralistis.  Dalam konteks inilah teologi pluralisme berkembang di Asia.

Stanley Samartha, direktur pertama Program Dialog Dewan Gereja-gereja se-Dunia, menegaskan bahwa “pernyataan-pernyataan teologis menimbulkan akibat-akibat politis”. Menurut Samartha, pandangan tentang keselamatan dan tentang pokok yang lebih dalam yaitu keadaan apa yang darinya kita perlu diselamatkan dipahami secara berbeda-beda oleh agama-agama yang ada. Jalan Kristen merupakan satu jalan diantara banyak jalan yang semuanya patut diakui.

Menurut Thomas, “Kristus lebih tepat digambarkan sebagai puncak yang transenden universal” daripada sebagai misteri dan pusat transenden.

4.      Gereja di Pakistan dan Bangladesh

Sebelum kemerdekaan sejumlah besar penduduk India Baratlaut dalam sejumlah besar penduduk daerah delta sungai Gangga menganut agama Islam. Ribuan orang Islam mengungsi dari India ke Pakistan, sedangkan ribuan orang Hindu dan orang Sikh mengungsi dari Pakistan ke India.

Pakistan terus mengalami kekacauan karna peperangan melawan India, pertikaian-pertikaian dalm negeri dan masalah korupsi. Pada tahun 1956 agama Islam dinyatakan sebagai agama negara Pakistan. Kebijakan pemerintah Pakistan bertujuan meng-Islamankan hukum-hukum negara, perpajakan dan hidup kenegaraan, seraya mempertahankan sikpa toleran terhadap agama-agama minoritas. Kesaksian seorang non-Muslim didepan pengadilan dinilai berbobot separo dari kesaksian orang Muslim.

Pada tahun 1947 umat Kristen merupakan golongan minoritas di Pakistan, kurang lebih 1% penduduk. Hampir semua orang Kristen berasal dari keturunan Hindu kasta rendah, terutama kasta Chuhra yang beralih agama menjadi agama Kristen pada masa gerakan pertobatan massal sejak tahun 1880 dan mencapai puncak pada tahun 1930-an. Hampir semua anggota kasta Chuhra sudah Kristen. Dengan adanya kekuatan ikatan kasta, perkauman dan kesadaran sosial di Pakistan, baik diantara orang bukan Muslim maupun diantara orang beragama Islam, sulit sekali bagi orang Kristen Chuhra mengabarkan Injil kepada golongan-golongan lain. Pekabaran Injil kepada orang Islam dijalankan secara tidak langsung, namun hanya sedikit yang menjadi Kristen.

Usaha pekabar Injil Barat diarahkan kepada pelayanan medisdan pendidikan., termasuk pendidikan para pemimpin gereja. Pada tahun 1954 sekolah tinggi Presbiterian di Gujranwala menjadi bercora iokumenis. Pada tahun 1990 terdaftar 12 sekolah tinggi teologi Protestan dan 6 seminrai Katolik Roma di Pakistan.

Gereja-gereja Presbiterian berangsur-angsur mencapai status mandiri. Pada tahun 1961 Sinode Presbiterian Bersatu diakui mandiri oleh badan misi Amerika. Akan tetapi, gereja tersebut mengalami kelemahan karna perpecahan tahun 1968. Orang Kristen berteologi konservatif yang merasa kurang puas dengan DGP, membentuk persekutuan Evangelikal Pakistan.

Sejak kemerdekaan Pakistan pada tahun 1947 gereja kurang berkembang. Pertumbuhan gereja tidak jauh berbeda dengan pertumbuhan penduduk, pada tahun 1990 jumlah orang Kristen diperkirakan 1,7% penduduk Pakistan.

Ketika Pakistan Timur memisahkan diri dengan negara Pakistan pada tahun 1971, rasa kebencian terhadap kebijakan pemerintah Pakistan mempengaruhi pembentukan Bangladesh sebagai negara sekuler. Namun, pada tahun 1988 agama Islam dinyatakan sebagai agama negara Bangladesh. Umat Kristen di Bangladesh lebih kecil daripada di Pakistan. Persatuan Baptis Bangalore merupakan gereja terbesar di Bangladesh.

Bangladesh terdiri dari dataran rendah, yang sering dilanda banjir dan angin topan yang menghancurkan. Juga angka kelahiran yang tinggi melemahkan ekonomi Bangladesh. Masyarakat yang miskin ini tetap menerima pelayanan kasih badan misi Kristen.

5.      Gereja di Sri Lanka (Ceylon)

Sri Lanka merupakan pulau besar didekat pantai selatan anak benua India. Penduduknya terdiri dari berbagai bangsa. Sistim kasta berakar kuat di Sri Lanka, baik diantara bangsa Sinhala maupun bangsa Tamil. Gereja Persia terdapat di Sri Lanka pada abad ke-6, tetapi ternyata kurang berkembang dan pada kemudian hari punah. Penyebaran kekristenan secara luas di Sri Lanka berkaitan erat dengan imperialisme Barat. Ketika Belanda mengusir Portugis dari Ceylon pada tahun 1658 jumlah orang Katolik Roma dilaporkan mencapai 90.000.

Belanda mengusir para pastor, agar orang Ceylon beralih ke agama Protestan. Dan mereka mendirikan sekolah-sekolah, menerjemahkan Alkitab dan pendeta-pendeta Protetstan dikirim ke Ceylon. Inggris merebut daerah pesisir Ceylon pada tahun 1796, lalu pada tahun 1815 menguasai kerajaan Kandy, sehingga seluruh pulau Ceylon dikuasai oleh Inggris. Misi Katolik Roma menekankan pembinaan umat Katolik, melalui sekolah –sekolah  bermutu tinggi dan pendidikan kaum klerus asli.

Pada tahun 1948 Ceylon dinyatakan merdeka, sebagai anggota Persemakmuran Inggris. Menjadi Kristen tidak lagi menguntungkan. Sebelumnya agama Kristen berkaitan erat dengan imperialisme, dan agama Buddha lebi erat berkaitan dengan nasionalisme. Sesudah 1948 Ceylon menjadi pusat penyebaran agama Buddha diseluruh dunia.

Pada tahun 1972 Ceylon mengganti namanya menjadi Republik Sri Lanka, dengan undang-undang dasar baru. Agama Buddha dinyatakan sebagai agama utama. Namun dalam pasal 10 UUD menyatakan kebebasan dalam memilih agama dan kepercayaan.

Teolog-teolog Sri Lanka menyesuaikan istilah-istilah Buddha dan konsep-konseo Buddha dengan teologi Kristen. D.T Niles memakai istilah
dharma, untuk menjelaskan istila kristen “doktrin”, dan memakai istilah sangha untuk tubuh Kristus. Reinkarnasi Budda digantikan dengan pengudusan progresif atau proses me-Nirvanakan setelah kematian.
Gereja-gereja Pentakosta asli berteologi konservatif dan menekankan kehidupan saleh. Para pemimpin pada umumnya adalah orang yang baru beralih agama menjadi agama Kristen. Mereka berhasil dalam mengabarkan Injil didaerah pedalaman, termasuk di dalam benteng agama Buddha. Para tokoh Buddha melawan Pekabaran Injil dengan keras. Menjelang tahun 1990, melalui media massa orang Kristen dituduh memakai dana asing guna memanfaatkan kemiskinan orang Sri Lanka sebagai jalan menarik mereka agar memeluk agama Kristen yang disebut “agama asing”.

 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar